Saatnya Orang Jawa Tapa Membisu Di Malam 1 Suro

Tradisi malam 1 Suro di Jogja itu unik, yang paling ramai adalah ritual Tapah Bisu Lampah Mubeng Benteng Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat dan Ritual di Pantai Parangtritis (lebih tepatnya Pantai Parangkusumo). Sementara itu di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat memperingati Malam 1 Suro dengan cara mengarak benda pusaka mengelilingi benteng kraton yang diikuti oleh ribuan warga Yogyakarta dan sekitarnya.

Saatnya Orang Jawa Tapa Membisu Di Malam 1 Suro

Di Kraton Surakarta Hadiningrat kirab malam 1 Suro dipimpin oleh Kebo Bule Kyai Slamet sebagai Cucuking Lampah. Oleh karena itu sebagian masyarakat yang mempercayai kemistisan tersebut melakukan berbagai ritual seperti memandikan benda pusaka seperti keris dan lain-lain, dilarang keras melaksanakan pesta apalagi pernikahan, melaksanakan tirakat dengan begadang semalam suntuk, melakukan kirab malam 1 Suro, kirab Tumuruning Mahesa Suro, ritual Batara Kathong Ponorogo, ritual Telaga Ngebel Ponorogo, dan ritual lainnya. Usut punya usut, ternyata larangan warga mengadakan pesta di malam 1 Suro karena Keraton juga mengadakan ritual atau tontonan.

Pada waktu itu, 1 Suro yang menjadi tanggal tahun baru pada kalender Jawa, dimanfaatkan oleh masyarakat di kerajaan di Pulau Jawa untuk membersihkan pusaka. Di Keraton Solo, peringatan 1 Suro dimeriahkan dengan kirab pusaka. Berbeda dari ketiga tradisi sebelumnya warga semarang melakukan ritual cukup nyentrik saat datang malam satu suro.

Tak cukup sampai di sini beberapa orang menambahkan peristiwa lebih seram lagi dimana mereka meyakini jika pada malam satu suro arwah dari orang-orang yang menjadi tumbal pesugihan akan dilepaskan dan diberi kebebasan pada malam tersebut sebagai hadiah pengabdiannya selama setahun penuh. Fakta dari bulan Suro, adalah adanya kirab pusaka di dua keraton, Mangkunegaran dan Surakarta Hadiningrat. Pihaknya juga mengatkan kalau sampai saat ini, tidak ada insiden yang tidak diinginkan ketika para warga melakukan ritual pada malam 1 Suro di pantai Parangkusumo.

Apa kamu merinding mendengar frasa Malam 1 Suro? Sesuai dengan penetapan Keraton Yogyakarta 1 Suro Jimawal 1949 jatuh pada Kamis (15/10), sedangkan 1 Muharram jatuh pada Rabu (14/10). Komandan SAR Pantai Parangtritis, Ali Joko Sutanto, mengungkapkan, pihaknya menyiapkan personel penuh saat malam 1 Suro, yakni sebanyak 17 orang ditambah personel Polair Polda DIY.

Awalnya saya nggak kepikiran buat ikut dan tahu bagaimana rasanya ritual malam 1 Suro di Pantai Parangtritis yang akan dilaksanakan tanggal 13 Oktober 2015. Alhamdulillah, selama magang di Bantul, saya dapat kesempatan untuk tahu secara langsung ritual malam 1 Suro, sebuah momen langka. Pembahasan pertama, kita mulai dengan penjelasan sedikit atas tanggal 1 Suro atau 1 Muharram.

Lelaku malam 1 Suro, tepat pada pukul 24.00 saat pergantian tahun Jawa, diadakan secara serempak di Kraton Ngayogyakarta dan Surakarta Hadiningrat sebagai pusat kebudayaan Jawa. Saat malam 1 Suro tiba, masyarakat Jawa umumnya melakukan ritual tirakatan, lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk), dan tuguran (perenungan diri sambil berdoa). Semula mereka akan melaksanakan ritual tersebut Selasa malam (13/10), karena dalam kalender yang ditentukan pemerintah 1 Muharram jatuh Rabu (14/10).

Prosesi kirab malam 1 Sura dengan membawa lima pusaka milik Mangkunegaran berbentuk tombak yang dibaluri kain berwarna kuning. Ali mengatakan, pada malam 1 Suro, baik ritual labuhan atau mandi di Pantai Parangkusumo belum ada kasus kecelakaan di laut yang terjadi karena warga yang akan melakukan ritual selalu berkoordinasi dengan anggota.
Saatnya Orang Jawa Tapa Membisu Di Malam 1 Suro Title : Saatnya Orang Jawa Tapa Membisu Di Malam 1 Suro
Description : Tradisi malam 1 Suro di Jogja itu unik, yang paling ramai adalah ritual Tapah Bisu Lampah Mubeng Benteng Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat...
Rating : 5